Kamis, 09 Oktober 2014

Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma



Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Apabila kita membaca hasil penilaian terkandung pengertian bahwa hasil belajar tersebut menunjukan kemampuan peserta didik bergerak dari “tidak menguasai materi pelajaran”; “menguasai”; sampai pada tahap “sangat menguasai”. Seberapa jauh tingkat penguasaan dianggap memadai, tergantung kepada standar atau patokan yang ditetapkan.
Penilaian berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikiran yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pedagogik. Asumsi ini didasari atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seseorang pendidik harus dapat memacu peserta didik yang berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Apabila ketiga asumsi ini dapat berjalan semua, maka proses pendidikan akan berjalan dengan baik, namun apabila salah satu asumsi tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan. Oleh karena itu jika semua asumsi dapat dilaksanakan seharusnya dalam proses pendidikan sebagaian besar peserta didik harus memperoleh nilai A dan B, dan hanya sebagian kecil aja yang kurang atau gagal, dapat digambarkan dalam kurva juling negatif, tetapi jika proses pengajaran gagal akan membentuk juling positif sebagaimana dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.



 
Apabila terjadi kegagalan dalam proses pendidikan tersebut, tentu bersumber dari salah satu tiga asumsi tersebut, pendidik kurang dalam memberikan dorongan belajar, dan ada kemungkinan materi belajar tidak dapat terjangkau oleh pemikiran peserta didik. Selain asumsi tersebut diatas pertimbangan lain adalah bahwa jenis kurikulum yang diajarkan adalah kurikulum yang bersifat statis, artinya materi pokok bahasan relatif bersifat tetap tidak mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dengan demikian kriteria “benar” dan “salah” menjadi tegas. Misalnya mata pelajaran Matematika, Fisika, Bahasa tingkat dasar, dan sebagainya.
            Tujuan pengajaran secara khusus untuk menguasai sejumlah teori atau keterampilan tertentu. Dan metode mengajar yang digunakan adalah mastery learning, atau mrtode belajar tuntas, pendidik menekankan pada penguasaan materi daripada kemampuan kreatif peserta didik.
Patokan yang dipakai sebagai pembanding hasil belajar dapat berupa “ketercapaian tujuan pengajaran” atau “persentase dari penguasaan materi pelajaran”, yang dapat dinyatakan dengan jelas. Untuk itu tes yang disusun hendaknya dapat menggambaarkan keseluruhan bahan pengajaran, sebagaimana dijelaskan dalam perencanaan avaluasi. Apabila mengambil sampel yang tidak memadai, gambaran persentase tersebut akan menjadi salah yang dapat berakibat over-estimate atau under-estimate. Artinya bisa jadi persentase tersebut sebenarnya lebih rendah atau lebih tinggi dari gambaran kemampuan penguasaan bahan sebenarnya.

            Sebagai gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk penetapan nilai dalam Penilaian Acuan Kelompok (PAK) ini adalah sebagai berikut:
TARAF PENGUASAAN BAHAN
Taraf Penguasaan
Kualifikasi
Nilai Huruf
Angka Kualitas
91 – 100%
81 – 90%
71 – 80 %
61 – 70%
Kurang 60%
Memuaskan
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
A
B
C
D
E
4
3
2
1
0

Tinggi rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh peserta didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai peserta didik, bila semakin penting persentasenya semakin tinggi. Sebaliknya bila bahan kurang penting, persentasenya makin rendah. Penting tidaknya bahan pengajaran harus dikuasai oleh peserta didik, dapat dilihat seberapa jauh kontribusi matakuliah itu untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.


Penilaian Acuan “Nilai”
Acuan “nilai” yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi pendidikan yang menggunakan dasar filosofik agama, yakni pandangan yang menyatakan bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki fitrah baik, tidak ada unsur dosa waris, atau manusia itu memiliki potensi bawaan yang bersifat jelek. Apabila perkembangan selanjutnya manusia menjadi jahat, misalnya sebagai pencuri, pemabuk, rakus, dan sebagainya adalah sebagai akibat dari kesalahan pendidik. Pengembangan potensi fitrah tersebut memerlukan kesempatan dan peluang lewat pendidikan, oleh karena itu asalkan dalam proses pendidikan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip paedagogis yang benar, maka peluang kegagalannya semakin kecil.
Dalam asumsi ketiga, bahwa nilai baik dan buruk dalam agama itu bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sesuatu yang berkaitan dengan antara ilmu, iman, amal. Agama memberikan tuntunan bahwa setiap amal perbuatan manusia selalu disertai dengan ilmu dan dilandasi dengan iman, demikian pula dengan iman yang benar dalam agama adalah iman yang dibimbing oleh ilmu dan mampu membuahkan amal, dan ilmu yang baik adalah ilmu yang didasarkan atas iman serta ilmu yang mampu membuahkan amal.
Hubungan antara iman, ilmu, dan amal adalah dapat digambarkan dalam segitiga sama sisi yang saling memiliki interdependensi.
 
Oleh karena itu evaluasi terhadap kurikulum yang didasarkan atas “nilai” agama atau humaniora, seperti Pancasila, Moral, dan sebagainya, dapat didasarkan atas asumsi ini. Penilaian tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif, melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik.
Standar keberhasilann dalam penilaian berdasarkan acuan “nilai” didasarkan atas patokan sistem nilai. Nilai ada yang memiliki kebenaran universal, ada pula yang hanyabersifat lokal dan temporal. Ada nilai yang memiliki kebenaran mutlak ada pula yang relatif. Nilai agama sebagian besar bersifat mutlak dan universal, terutama pada nilai-nilai yang bersifat esensial, tetapi nilai-nilai yang bersifat instrumental dapat bersifat lokal, temporal, dan relatif. Sebagai contoh: niali berpakian, pada musim dingin di daerah yang memiliki suhu dibawah 0 derajat, pakian dapat dari mantel bulu, ketat, warna hitam. Tetapi pada musim panas, pakian tidak perlu terlalu tebal asalkan menutup aurat.
Yang menjadi kesulitan dalam melakukan penilaian berdasarkan nilai ini adalah mengembangkan alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan, di samping itu juga menentukan skoringnya

Rabu, 20 Agustus 2014

Pengertian Evaluasi Pendidikan

Pengertian evaluasi secara luas adalah suatu proses memperoleh, merencanakan, dan menyediakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5). Nah, dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa setiap kegiatan evaluasi atau penilaian adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk medapatkan informasi atau data, dan dengan berdasarkan data tersebut kemudian akan di coba untuk membuat suatu keputusan.

Tentunya informasi atau data yang di kumpulkan tersebut haruslah data yang sudah sesuai untuk mendukung tujuan dari evaluasi yang telah di rencanakan tersebut. Ada banyak sekali contoh-contoh evaluasi yang terdapat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak sekali kita melakukan kegiatan evaluasi, oleh sebab itu kegiatan evaluasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita.

Sedangkan pengertian evaluasi pendidikan menurut Norman E. Gronlund (1976) adalah
“Evaluation… a systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved pupils” yang artinya evaluasi adalah suatu proses secara sistematis yang berguna untuk menentukan atau membuat keputusan yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang telah dj

untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Dan menurut Wrightstone dan kawan-kawan (1956: 16) memiliki maksud yang sama dengan di atas namun kata – katanya saja yang berbeda, mereka mengatakan bahwa “Educational evaluation is the estimation of i’owih and progress of pupils toward objectives or values in the curriculum.” Maksudnya dari Wrightstone dan kawan-kawan adalah pendidikan merupakan taksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilainilai yang telah di tetapkan di dalam kurikulum.

Ada pun fungsi evaluasi pendidikan di bagi ke dalam 4 kelompok fungsi :

1. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan serta keberhasilan bagi para siswa setelah mengalami atau menjalani kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah di jalankan.

3. Untuk keperluan BK atau Bimbingan dan Konseling pada para siswa.

4. Untuk keperluan dalam perbaikan dan pengembangan kurikulum sekolah yang
bersangkutan tersebut.
 

Senin, 04 Agustus 2014

Efek Cuci Mukak Dengan Air Hangat

Agar kebersihan kulit wajah tetap terjaga, memang disarankan untuk rutin mencuci muka dengan sabun wajah setidaknya tiga kali sehari atau sesuai aktivitas. Ketika menggunakan air hangat saat mencuci muka, adakah efeknya untuk kesehatan kulit wajah?

"Tidak ada efek buruk. Usahakan jangan terlalu panas. Air yang terlalu panas mudah membuat kulit wajah kering dan teriritasi," tutur dr Eddy Karta, SpKK dari EDMO Clinic saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (5/8/2014).

Kondisi kulit yang kering dan teriritasi dikatakan dr Eddy selanjutnya bisa memicu wajah berminyak berlebihan di daerah tersebut. Seperti diketahui, kondisi kulit berminyak berlebih bisa saja memicu timbulnya jerawat.

Nah, jika ingin membersihkan wajah setelah terpapar sinar matahari karena berada di luar ruangan, dr Eddy menyarankan sebaiknya tunggu dulu selama 10 menit sebelum mencuci wajah.

Hal ini bertujuan agar kulit bisa beradaptasi sehingga tidak stres. Sebab, sesudah terkena sinar matahari, kulit agak meradang karena panas dan dalam keadaan kulit meradang jika langsung dibasuh air terutama air dingin dapat menyebabkan kulit 'stres'.

Untuk menjaga kesehatan kulit terutama wajah, dr Eddy mengatakan ada dua cara mudah yang bisa dilakukan. Pertama, minum banyak air putih untuk memperlancar peredaran darah. Hidrasi yang memadai baik bagi kesehatan secara umum, ditambah dengan makan dan minum yang benar maka tubuh akan makin sehat, begitu juga dengan kulit.

"Lalu cukupi tidur malam setidaknya 7-8 jam setiap hari. Studi menemukan bahwa kulit orang-orang yang kurang tidur juga tampak mengalami dehidrasi dan butuh waktu lebih lama untuk pulih dari sunburn," kata dr Eddy.

Source: detik.com

Pendidikan Bermutu Membentuk Karakter Bangsa


Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah bangsa. Berbicara tentang pembangunan adalah juga berbicara tentang sejauhmana kesiapan SDM yang berkualitas untuk membangun. Tanpa SDM yang cukup, kita tidak dapat membangun bangsa secara kuantitas dalam pembangunan fisik maupun kualitas hidup masyarakatnya.

Dengan adanya Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas maka kesiapaan untuk menempu pendidikan pun akan berjalan dengan baik. Karena dengan melalui pendidikan maka setiap individu dengan sendirinya akan terbentuk karakter kepemimpinan.
Kita mesti bersyukur bahwa dengan adanya pendidikan, kita bisa melihat dunia luas. Dimana pendidikan itu membawa kita kejalan yang lebih benar. Maka kita yang sementara ini masih berada di bangku pendidikan kita harus lebih berfokus pada tugas belajar. Artinya bahwa dengan melalui pendidikan maka karakter kepribadian akan terbentuk dengan sendirinya.
Jangan kita berpikir bahwa pendidikan merupakan salah satu lembaga yang membuat karakter setiap individu menjadi tidak berguna. Ini adalah salah presepsi dari orang yang tidak mengerti tentang pendidikan. Ketika kita berbicara tentang pendidikan berarti juga berbicara tentang kesiapan individu. Dimana kesiapan itu, akan menimbulkan suatu reaksi dari dalam individu. Maka, dengan adanya kesiapan itu, kita akan mendapatkan pejaran yang berguna baik dari guru maupun dari siapa saja.
Kebanyakan individu tidak memikirkan pendidikan yang bermutuh dan yang tidak bermutuh. Yang penting mereka bersekolah. Namun, mereka tidak berpikir bahwa pendidikan harus dipertanggung jawabkan. Artinya bahwa pendidikan itu bukan maianan yang harus dimainkan pada setiap hari dan disetiap waktu. Sementara kita masih berada di bangku pendidikan berarti mental dan kesiapan kita mulai terbentuk.
Dengan demikian, kebanyakan individu berlari pada sekolah yang tidak ada guru dan tidak ada apa-apa. Mereka tidak berpikir bahwa pembentuk karakter yang baik itu datang dari mana. Namun, mereka tabrak saja. Yang penting mereka sekolah dan mendaptkan ijasah. Hal itu yang lebih penting dalam hidup mereka. Jangan berpikir bahwa  ketika kita masuk sekolah yang tidak bermutuh, tentunya kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Dengan demikian, hasilnya juga tidak akan bermutuh dan baik. Maka akibatnya ialah akan susah disaat kita menempu dibangku pendidikan yang atas.
Pendidikan yang bermutuh adalah  pendidikan yang siap membentuk karakter kepemimpinan. Dengan demikian, ketika kita berada di bangku pendidikan yang bermutuh maka kita harus bersyukur bahwa mental kita dengan sendirinya akan terbentuk. Oleh karena itu, kesiapan sumber daya manusia (SDM) harus lebih diutamakan dalam hidup. Apabila kesiapan kita telah matang berarti karakter kepribadian pun telah terbentuk dengan bagus.
Dengan demikian, marilah kita mencari pendidikan yang lebih bermutuh demi terwujudnya karakter kepribadian kita. Jangan kita asal-asal sekolah. Namun kita harus pintar berpikir bahwa pendidikan yang mana yang lebih bermutuh dan yang mana yang tidak bermutuh. Ketika kita berada di bangku yang tidak bermutuh kita akan gampang dibodohin dengan mereka yang bersekolah dibangku pendidikan yang bermutuh. Oleh karena itu, jangan sampai kita dapat tertipu dengan mereka yang pintar dari kemampuan kita.
Penulis: (Alumni 2012 dari SMA Adhi Luhur Nabire-Papua)
Oleh: Alexander Gobai
=copas=

Sabtu, 28 Juni 2014

Permainan Lompat Tali Merdeka



PERMAINAN TRADISIONAL
LOMPAT TALI MERDEKA

 
OLEH:
KELOMPOK IX
KELAS B / SEMESTER IV

             
1)      I Made Dwita Saraswatha          NIM 1211031055
2)      Ni’ Matul Ulfa                             NIM 1211031075                  
3)      Gusti Ayu Made Taria Dewi      NIM 1211031076





JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Tuntunan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Permainan Tradisional Lompat Tali Merdeka” pada waktunya.
            Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu kami, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1)      Yth. I Made Satyiawan, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Jasmani.
2)      Rekan-rekan kelompok dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan.


Singaraja, Februari 2014


    Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................        i
DAFTAR ISI................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................        1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................        1
1.3 Tujuan  ..............................................................................................        2
1.4 Manfaat.............................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Permainan Lompat Tali Merdeka.........................................        3  
2.2 Komponen-komponen Permainan Lompat Tali Merdeka.................        3
2.3 Cara Bermain Lompat Tali Merdeka................................................        5
2.4  Manfaat Permainan Lompat Tali Merdeka......................................        6
BAB III PENUTUP
 3.1 Simpulan ...........................................................................................        8
 3.2 Saran .................................................................................................        9  
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Indonesia mempunyai banyak warisan budaya salah satunya adalah permainan tradisional, salah satu permainan yang sering dimainkan oleh anak indonesia yaitu lompat tali. Lompat tali adalah salah satu permainan tradisional yang ada di Indonesia. Permainan ini mempunyai banyak sebutan, salah satunya di provinsi Riau permainan ini disebut dengan tali Merdeka. Warga provinsi Riau menyebut permainan ini dengan Tali Merdeka karena pada lompatan akhir pemegang tali meregangkan tali setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara dan kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan yang dilakukan oleh pejuang pada saat mengucapkan “merdeka”.
Terdapat kecenderungan bahwa pada masa kini masyarakat khususnya anak-anak jarang melakukan kegiatan permainan tradisional. Teknologi yang serba canggih, praktis dan bergengsi mendesak dan mengancam permainan tradisional yang sederhana, agraris dan kolektif ini. Selain itu munculnya berbagai siaran televisi yang sangat variatif secara cepat juga dapat merubah sikap mental dan kebiasan anak hampir diseluruh wilayah Indonesia. Permainan-permainan tradisonal pun sudah jarang sekali kita jumpai contohnya permainan. Kita sebagai seorang guru hendaknya mengenal permainan tradisonal agar dapat kita wariskan kepada para peserta didik, guna melestarikan permainan tradisonal yang banyak sekali manfaatnya. Dengan demikian kelompok kami ingin mengenalkan kembali permainan ini agar permainan ini akan terus berkembang dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya.

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana sejarah permainan lompat tali merdeka?
2.    Apa saja Komponen-komponen permainan lompat tali merdeka?
3.    Bagaimana aturan permainan lompat tali merdeka ini?
4.    Apa nilai budaya dan manfaat yang diperoleh dari permainan lompat tali merdeka?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui sejarah permainan lompat tali merdeka.
2.    Untuk mengetahui Komponen-komponen permainan lompat tali merdeka.
3.    Untuk mengetahui aturan permainan lompat tali merdeka ini.
4.    Untuk mengetahui nilai budaya dan manfaat yang diperoleh dari permainan lompat tali merdeka.

1.4  Manfaat
            Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Manfaat bagi mahasiswa adalah dapat lebih mengetahui dan memahami tentang permainan tradisional “Lompat Tali Merdeka sehingga dapat bermanfaat nantinya dalam mengajarkan perserta didik di lapangan.
2.    Manfaat bagi masyarakat adalah agar masyarakat lebih memahami dan mengerti betapa pentingnya permainan tradisional untuk dilestarikan dan berguna dalam melatih kepribadian anak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
3.    Manfaat bagi guru/dosen adalah dapat menambah pengetahuan tentang permainan tradisional “Lompat Tali Merdeka”, sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Sejarah Permainan Lompat Tali Merdeka
Permainan ini sudah tidak asing lagi tentunya, karena permainan lompat tali ini bisa ditemukan hampir di seluruh indonesia meskipun dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda. Permainan lompat tali ini biasanya identik dengan kaum perempuan tetapi juga tidak sedikit  anak laki-laki yang ikut bermain.
Permainan Lompat Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”.
Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain Indonesia juga banyak ditemukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misalnya dengan nama Lompat Tali, Lompatan dll

2.2    Komponen-kompenen Permainan Lompat Tali Merdeka
Berikut adalah komponen-komponen yang diperlukan dalam permainan lompat tali merdeka.
a.       Pemain
Pemain tali merdeka ini berjumlah 3
-10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang masih berusia antara 7-15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta dalam permainan.
b.      Tempat
Untuk bisa bermain lompat tali ini, kita tidak perlu mencari tempat yang luas. Cukup seluas ruas jalan, atau sebatas agar pemegang tali 1 dengan 1 lainnya, mendapat jarak aman tidak terkena benturan jika ada pelompat yang melompati karet. Dan luas nya juga cukup untuk pelompat melakukan kuda-kuda (ancang-ancang) untuk melompat. Biasanya juga permainan ini dimainkan di lahan tanah/rumput, karena meminimalisir cedera saat melompat. Sedangkan apabila dimainkan di lapangan beton/semen resiko cedera sangat rentan apabila pelompat tidak menguasai cara pendaratan (landing) setelah melompat.
c.       Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo).
Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.
         
2.3    Cara Bermain Lompat Tali Merdeka
Permainan lompat tali merdeka tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu:
  1. Tali berada pada batas lutut pemegang tali.
  2. Tali berada sebatas di pinggang (sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali.
  3. Posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat).
  4. Posisi tali sebatas telinga.
  5. Posisi tali sebatas kepala.
  6. Posisi tali satu jengkal dari kepala.
  7. Posisi tali dua jengkal dari kepala.
  8. Posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.
Sebelum permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan memilih secara langsung berdasarkan tinggi badan yang sama. Kemuadian membentuk dua kelas menjadi dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok putih dengan cara diundi agar adil dan sama banyak antara jumlah laki-laki dan jumlah perempuan. Tiap-tiap kelompok akan diberikan pita, kelompok merah akan diberikan pita berwarna merah dengan jumlah yang sesuai dengan anggota kelompok begitu pula dengan kelompok putih akan diberikan pita berwarna putih dengan jumlah sesuai dengan kelompok. Setelah selesai pembagian kelompok dan pita maka ketua kelompok akan gambreng untuk menentukan kelompok mana yang terlebih dahulu memulai permainan. Kelompok yang menanng gambeng akan memulai permainan terlebih dahulu kemudian jika ada anggota kelompok yang tidak dapat melompati tali,maka anggota kelompok tersebut dinyatakan gugur, dan kelompok yang kalah memeberikan sebuah pitanya ke kelompok lawan. Kelompok yang mempunyai pita terbanyak akan dinyatakan sebagai pemenang dalam permainan ini.

2.4 Nilai Budaya dan Manfaat Permainan Lompat Tali Merdeka
Permainan yang disebut sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.
Ternyata bermain lompat tali karet mempunyai banyak manfaat untuk anak-anak, diantaranya adalah.
  1. Motorik kasar
Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Lama-lama, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak-anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.
  1. Emosi
Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar, mau melakukan tindakan melompat atau tidak. Dan juga saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak.
  1. Ketelitian dan Akurasi
Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.
  1. Sosialisasi
Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa dan nyaman dalam kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan dan yang lainnya.
  1. Intelektual
Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan lima kali lompatan saat tali diayunkan, bila lebih atau kurang ia harus gantian menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung belajar dengan cara melihat dari teman-temannya agar bisa mahir dalam melakukan permainan tersebut.
  1. Moral
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah. Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar, mereka belajar untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga tidak ada yang unggul, karena setiap orang punya kelebihan masing-masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri anak-anak


BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
   Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.      Permainan Lompat Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali karet yang tersimpul. Komponen-komponen permainan lompat tali merdeka yaitu pemain, tempat dan peralatan permainan.
2.      Komponen-komponen yang diperlukan dalam permainan lompat tali merdeka adalah.
a.       Pemain
b.      Tempat
c.       Peralatan Permainan
3.      Cara Permainan tali merdeka tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu
4.      Permainan lompat tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Adapun Manfaat dari permainan lompat tali ini adalah.
a.       Motorik Kasar
b.      Emosi
c.       Ketelitian dan Akurasi
d.      Sosialisasi
e.       Intelektual
f.       Moral




3.2  Saran
Melalui makalah ini, disarankan beberapa hal yaitu sebagai berikut.
  1. Mahasiswa mengenal dan memahami permainan tradisional seperti salah satunya permainan Lompat Tali Merdeka, dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran nantinya.
  2. Masyarakat melestarikan khazanah budaya sendiri yakni salah satunya dengan mengenal dan mengapresiasi permainan-permainan tradisional.
  3. Guru/dosen memperkaya wawasan dengan mengenal dan memahami permainan tradisional seperti permainan Lompat Tali Merdeka serta mengambil kontribusinya dalam pembelajaran. 

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Arfan. 2012. Lompat Tali Merdeka. http://bang-bro.blogspot.com/2012/08/lompat-tali-merdeka.html. Diakses tanggal 27 Februari 2014.

Cahyono, Nuri. 2009, Permainan Lompat Tali. Tersedia pada http://permata-nusantara.blogspot.com/2009/03/permainan-tali-merdeka-riau.html. Diakses tanggal 27 Februari 2014.

Septria, Fanny. 2012. Permainan Tradisional : Lompat Tali. Tersedia pada http:// Fanny Septria  PERMAINAN TRADISIONAL Lompat Tali.htm. Diakses tanggal 27 Februari 2014.