Jumat, 25 Oktober 2013

Barong Ngelawang

Barong Ngelawang
Bali tiada hari tanpa kegiatan ritual dan kegiatan itu mempunyai kaitan erat dengan seni yang memberikan vibrasi dan sinar kedamaian, sekaligus  kesejukan setiap hati sanubari umat manusia. Umat Hindu akan merayakan Hari Suci Galingan atau hari Kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (keburukan)  pada  penanggalan pawukon kali ini jatuh pada hari Rabu, Wuku Dunggulan. Tradisi Barong Ngelawang yang dipentaskan setiap hari raya Galungan dan Kuningan, hingga kini masih tetap dipertahankan.

Kini, tradisi yang sudah turun temurun tersebut semakin kokoh dan menjamur di masyarakat. Bahkan para sekaa (anggotanya) kebanyakan dari anak-anak.

Sekaa barong ngelawang belakangan tumbuh bak jamur di musim hujan. Tak jarang, dalam satu Banjar bisa terdapat dua sampai tiga sekaa barong ngelawang. Salah satu contohnya di Banjar Batanancak, Mas, Ubud terdapat tiga sekaa barong ngelawang, dimana hampir setiap sore jalan-jalan di sekitar banjar tersebut banyak di kerumuni orang-orang untuk ngupang barong. Keberadaan sekaa barong ngelawang yang dibawakan oleh anak-anak ini ternyata mampu menumbuhkan kreatifitas anak-anak. Mereka dengan kreatif menciptakan seni tetabuhan dan seni tarian yang akan ditampilkan pada setiap pertunjukan ngelawang.

Dalam pementasan ngelawang ini, para sekaa barong ini juga menambahkan sosok-sosok jahat yang mengganggu kehidupan manusia seperti celuluk, telek dan sebagainya. Tarian yang ditampilkan dengan apik serta diiringin gamelan dipadu dengan seruling tersebut sedikit menggelitik. Durasi setiap penampilan tergantung seberapa besar uang yang diberikan, sebagai gambaran penampilan selama 5 menit dengan ongkos 10.000,-

Hasil yang diperoleh dari ngelawang ini lumayan bisa sampai dapat  5 ratus ribu rupiah dan hasil tersebut akan  dibagikan kepada anggota sekaa dan sebagian untuk perbaikan barong dan peralatan gamelan.

0 komentar:

Posting Komentar