6 Kisah Nyata Tokoh Inspiratif Sukses
Bila Anda ingin sukses tapi merasa
bahwa masalah ekonomi keluarga, keterbatasan fisik atau kesehatan,
kegagalan di masa lalu, kurangnya dukungan dari keluarga, atau hal
lainnya akan menjadi penghalang besar demi terwujudnya cita-cita itu,
cobalah lihat sejenak kisah para tokoh sukses dunia berikut ini yang
mungkin dapat menginspirasi kita semua untuk bangkit kembali.
#Oprah Winfrey, Hartawan Media
Kisah hidup Oprah Winfrey adalah salah
satu kisah “gelandangan menjadi kaya raya” yang paling terkenal. Ia
tumbuh dalam kemiskinan dengan ibunya dan mengalami penganiayaan seksual
dari kerabatnya, sebelum akhirnya kabur dari rumah ketika masih berumur
13 tahun.
Namun, ia mampu bangkit dari
keterpurukan itu dan akhirnya tinggal bersama ayahnya, yang sangat
disiplin. Ia menjadi siswa teladan di sekolahnya dan berhasil
mendapatkan beasiswa ke Tennessee State University. Setelah lulus, ia
bekerja sebagai pembawa berita di televisi lokal sebelum pindah ke
Chicago dan menjadi pemandu acara bincang-bincang bernama AM Chicago, yang akhirnya berubah menjadi The Oprah Winfrey Show. Melalui acara populernya inilah, Oprah memikat hati jutaan penonton tidak hanya di Amerika, tapi juga di seluruh dunia.
#J.K. Rowling, Penulis Miliarder
Meskipun sepertinya J.K. Rowling sudah
punya segalanya, ia ternyata pernah mengalami masa-masa terpuruk dalam
hidupnya. Dalam sebuah wawancara dengan Oprah, J.K. Rowling
menggambarkan dirinya sebagai “orang yang sangat miskin yang bisa
ditemukan di Inggris tapi tanpa menjadi tunawisma.”
Penulis miliarder ini kehilangan ibundanya akibat penyakit Multiple Sclerosis
ketika usia Rowling masih 25 tahun. Rowling juga menderita depresi
klinis, dan berjuang keras menjadi orangtua tunggal. Tapi
pengalaman-pengalaman itulah yang menyebabkan buku-bukunya begitu
fenomenal. Serial Harry Potter adalah sebuah cerita yang
benar-benar mampu merefleksikan kehidupan jutaan orang karena Rowling
mencurahkan segala hal yang telah dilalui dan dialaminya ke dalam
tulisannya.
#Chris Gardner, Pengusaha dan Dermawan
Pernahkah Anda menonton film “The Pursuit of Happyness“?
Tokoh utama Chris Gardner, yang diperankan dengan apik oleh Will Smith,
bukanlah tokoh rekaan. Kisah hidupnya yang digambarkan dalam film ini
pun benar-benar nyata dan dialami sendiri oleh seorang Chris Gardner. Ia
yang awalnya gelandangan berubah menjadi seorang pialang saham yang
sukses. Kesuksesannya berawal dari kesempatan magang yang diperolehnya
di perusahaan pialang Dean Witter Reynolds.
Meski tak punya gelar sarjana dan miskin
pengalaman, Chris punya tekad bulat. Ia bekerja keras untuk menjadi
peserta magang terbaik dan peluang menjadi karyawan di perusahaan
pialang itu dengan gaji sebesar $1.000 per bulan. Ia bersama putra
tunggalnya tinggal di sebuah rumah singgah untuk sementara waktu, karena
tak mampu membiayai tagihan sewa rumah. Akhirnya, Chris mampu meraih
posisi tetap di Dean Witter, lalu pindah ke Bear Stearns di mana ia
menjadi salah satu karyawan terbaik di perusahaan itu. Beberapa tahun
kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri dan menulis novel
kisah hidupnya yang mendapat penghargaan sebagai best-seller versi New York Times, dan akhirnya diangkat ke film yang dibintangi Will Smith.
# Steve Jobs, Visioner Apple
Dunia dikejutkan ketika ahli teknologi
Steve Jobs, mantan CEO Apple, meninggal pada tahun lalu. Tidaklah sulit
untuk memahami kenapa kematiannya itu membuat hampir kita semua merasa
kehilangan. Steve bisa dikatakan telah berjasa besar bagi dunia
teknologi. Ia benar-benar mengubah peta industri komputer, ponsel, dan
alat-alat elektronik. Beberapa penampilan publiknya menunjukkan betapa
besarnya passion yang dimiliki Steve terhadap produk-produknya. Rasa
antusiasmenya itu bersifat menular.
Steve adalah contoh nyata inspiratif
yang membuktikan bahwa sebuah tekad seseorang untuk mengejar mimpi-mimpi
itu berdampak besar. Awalnya ia dipecat oleh Apple pada tahun ’80-an
lalu kembali lagi ke Apple dan merevolusi perusahaan itu dan industri
PC.
Dalam pidatonya yang terkenal pada acara
wisuda di Stanford, Steve berkata, “Mengingat saya akan meninggal
nantinya menjadi alat terpenting yang membantu saya membuat
keputusan-keputusan besar dalam hidup. Karena hampir segala hal-semua
harapan, kebanggaan, kekhawatiran akan kegagalan dan perasaan malu-akan
hilang begitu kematian datang menghampiri, dengan menyisakan hanya hal
yang benar-benar penting. Mengingat bahwa kita akan mati suatu hari
nanti adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari dari
perangkap pemikiran bahwa kita telah gagal. Tidak ada alasan untuk tidak
mengikuti kata hati.”
# Howard Schultz, CEO Starbucks
Howard Schultz, CEO dan Pemimpin
Starbucks, menjalani masa kecilnya di rumah susun tapi berhasil keluar
dari keadaannya itu melalui olahraga. Ia mendapat beasiswa atletik dan
menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mencicipi bangku kuliah.
Dalam perjalanan kariernya, Howard
Schultz bergabung ke Starbucks pada 1982 sebagai kepala marketing dan
operasi-operasi ritel. Ia lalu keluar dan mulai menjalankan kedai
kopinya sendiri setelah terinspirasi budaya minum kopi di Italia. Tapi
ia segera membeli Starbucks dari pemiliknya terdahulu pada 1987. Karena
pernah merasakan hidup serbakekurangan, Howard menjadi seorang CEO yang
memperhatikan kesejahteraan rakyat kecil. Starbucks memberikan jaminan
kesehatan yang sangat besar kepada para karyawannya, dan bahkan pada
karyawan paruh waktunya. Malah, perusahaan itu mengeluarkan biaya yang
lebih besar untuk asuransi kesehatan dibanding untuk bahan material
penjualan mereka, yaitu kopi.
# Michael Jordan, Superstar Bola Basket
Dikenal sebagai pemain basket terbaik
sepanjang masa, Michael Jordan tidak begitu saja mendapatkan
keberhasilannya itu. Ia bahkan harus berjuang keras meraihnya. Meskipun
kemampuannya tak diragukan lagi, tinggi badannya tidak memenuhi syarat
untuk menjadi salah satu anggota tim basket kampusnya. Mahasiswa lain
yang setingkat dengannya, Leroy Smith, malah berhasil diterima dalam tim
kampus.
Michael merasa marah sekaligus
dipermalukan, tapi energi emosionalnya itu ia curahkan dan gunakan untuk
menjadikan dirinya seorang pemain yang jauh lebih baik. “Setiap kali
berlatih dan merasa lelah juga mulai timbul niatan untuk menyerah, saya
akan menutup mata dan membayangkan daftar nama pemain di kamar ganti
tanpa nama saya tertera di sana,” kata Jordan. “Dan biasanya hal itu
akan membuat saya bangkit kembali.”
Michael akhirnya berhasil menjadi
anggota tim kampus dua tahun kemudian, memperoleh beasiswa ke University
of North Carolina, dan lalu direkrut Chicago Bulls. Dan sisa perjalanan
hidupnya adalah sejarah, demikian penuturan Michael.
***
Ketiga tokoh di atas memperlihatkan
pada kita bahwa penderitaan atau penolakan dalam hidup itu bukanlah hal
yang luar biasa. Yang menjadi luar biasa apabila kita tak pernah
berhenti untuk melangkah meski didera segala rintangan dan halangan,
apabila kita tetap melangkah tegap menghadapi semua hadangan itu. Karena
seperti yang digambarkan pada kisah hidup tokoh-tokoh di atas, di balik
setiap kemalangan dan penderitaan pasti akan ada titik terang, pasti
akan ada titik akhir yang lebih baik. Itu semua bisa didapat jika kita
pantang menyerah.
0 komentar:
Posting Komentar