Pulau Bali sering dijuluki
dengan berbagai nama oleh wisatawan, diantaranya disebut “Bali the island thousand temple”, artinya adalah Bali adalah pulau
dengan seribu buah pura. Bali kadang kala disebut pula dengan pulau dewata atau
‘the island of God’ dan julukan yang
lainnya. Dalam kenyataannya, Pulau Bali memang banyak terlihat terdapat pura
dan tersebar di seluruh pelosok Pulau Bali. Menurut keadaan tahun 1979 tercatat
jumlah pura di Bali sebanyak 5.259 buah yang terdiri dari 9 buah Khayangan
Jagat di Bali, Dhang Kahyangan sebanyak 714 buah, dan Kahyangan Tiga sebanyak
4.368 buah. Jumlah tsesebut tidak termasuk tempat suci pemujaan roh leluhur
yang disebut pura Kawitan atau Padadyan (Gede Ardana, 1989).
Adanya banyak pura di Pulau
Bali bukanlah berarti umat Hindu di Indonesia khsusnya di Bali menganut
kepercayaan politheisme, melainkan tetap monotheisme karena yang distanakan di
pura adalah Prabhawa Ida Sang Hyang Widhi sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Yang distanakan di Pura biasanya disesuaikan dengan fungsi pura
itu sendiri, contohnya adalah Pura Kawitan dimana Pura Kawitan merupakan pura
tempat berstananya Para Leluhur. Pura Kawitan dapat memberi pelajaran kepada
semua umat beagama bahwa dalam hidup kita tidak akan terpisahkan dari masa
lalu, antara masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang haruslah saling
bersinergi artinya masa lalu bukan dilupakan melainkan dijadikan refleksi demi
kesuksesan-sukses duniawi dan spiritual- di masa yang akan datang.
Di Bali, Pura bukan hanya
menjadi tempat persembahyangan tetapi juga menjadi tempat memupuk kreativitas.
Dalam setiap upacara keagamaan yang dilaksanakan biasanya menggunakan pengiring
gambelan yang disertai dengan tari Rejang Dewa serta beberapa pesembahan lainnya
yang dibuat dan dilakukan berdasarkan tulus suci dan kreativitas yang tinggi.
Dengan demikian, Pulau Bali menjadi suatu paduan yang luhur antara Agama dan
kebudayaan yang berorientasi pembangunan dan kesenian.
Dengan demikian adanya pura,
membawa dampak positif dari segi peningkatan mutu spiritual dan mampu memadukan
antara agama dan kebudayaan. Adanya pura juga dapat membantu meningkatkan penghasilan
dimana banyak tenaga kerja yang diserap misalnya tenaga kerja perhotelan,
travelbiro, artshop, restaurant, dan lain sebagainya.
Ragam jenis pura dewasa ini
semakin beragam adanya. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu pura
teritorial, pura fungsional, pura umum, dan pura kawitan. Diantara empat macam
pura tersebut, pura teritorial adalah pura yang unik karena pura ini
mempunyai ciri kesatuan wilayah sebagai tempat pemujaan suatu desa adat sebagai contoh adalah Kahyangan
Tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem.
Selain mempunyai ciri yang
unik pura Kahyangan Tiga mempunyai peran yang strategis. Mengingat adanya
banyak sekta-sekta di Bali menimbulkan peredaan kepercayaan di masyarakan
sehingga sering menimbulkan pertentangan dan perbedaan pendapat di antara sekta
yang satu dengan yang lainnya. Akibat adanya pertentangan ini membawa pengaruh
buruk terhadap jalannya roda pemerintahan kerajaan dan mengganggu kehidupan
masyarakat. Peran dari pura
Kahyangan di sini yaitu menyatukan berbagai macam persepsi yang berbeda menjadi
satu kesatuan dalam wujud Tri Murti yang dipuja di sana.
Mengingat besarnya eksistensi
keberadaan pura Kahyangan Tiga, perlu kiranya bagi kita untuk mengetahui seluk-beluk mengenai Pura
Kahyangan Tiga. Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Pura Kahyangan Tiga.”
Selengkapnya Download disini Ms. Word and Ms. Powerpoint
0 komentar:
Posting Komentar